Dampak Multidimensi

Sebagian dari hasil penelitian ini diterbitkan di Jurnal Masyarakat dan Budaya, LIPI.

Suasana pembahasan hasil penelitian bersama anggota Komunitas Jimpitan Sehat dan Sanggar Alfaz.

Deskripsi Singkat

Pada kurun Oktober-November 2016, PoskoKKLuLa mendapatkan kesempatan untuk melakukan proyek "Community-Based Research Dampak Multidimensi Lumpur Lapindo" berkolaborasi dengan SILE-UIN Sunan Ampel, Surabaya. Dengan mempertimbangkan keterbatasan sumber daya yang ada, tim peneliti memfokuskan pada tiga dimensi, yaitu: dimensi lingkungan, dimensi kesehatan, dan dimensi sosial-ekonomi.

Untuk mendapatkan data terkait dimensi sosial-ekonomi, tim peneliti menggunakan data kuantitatif melalui penyebaran kuesioner ke 174 responden. Responden yang dipilih adalah para penyintas lumpur Lapindo dari komunitas-komunitas yang bermitra dengan PoskoKKLuLa. Bahkan, penelitian ini melibatkan perwakilan dari masing-masing komunitas tersebut sebagai dewan pengawas yang turut merancang penelitian dan interpretasi data dan sebagai tim enumerator yang bertugas menyebarluaskan kuesioner.

Komunitas yang terlibat, antara lain: kelompok Arrohmah, Paguyuban Ojek Tanggul (POT), Komunitas Jimpitan Sehat, Sanggar Alfaz, Korban Lapindo Menggugat, Asosiasi Petambak Tradisional Jawa Timur (APTJ), dan komunitas warga Kelurahan Gedang.

Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dirancang untuk mendapatkan gambaran umum tentang pola migrasi, pola perubahan ekonomi, dan pola ketahanan responden dalam menghadapi dampak multidimensi dari lumpur Lapindo. Data yang terkumpul diverifikasi melalui serangkaian diskusi kelompok terpumpun dan studi pustaka terkait.

Pertanyaan penelitian yang hendak dijawab melalui penelitian ini adalah:

  1. Bagaimanakah pola migrasi warga terdampak lumpur Lapindo -- khususnya mereka yang sudah pindah?

  2. Bagaimanakah perubahan ekonomi warga terdampak lumpur Lapindo -- baik mereka yang sudah pindah dan belum pindah?

  3. Apa saja yang mendukung ketangguhan warga dalam menghadapi dampak multidimensi dari lumpur Lapindo dan turunannya?

Suasana pembahasan hasil penelitian bersama Paguyuban Ojek Tanggul (POT) dan Komunitas Arrahmah.

Temuan-temuan Kunci

  • Terjadi kepindahan atau pemindahan secara paksa - karena kombinasi antara kondisi ekologi dan keputusan politik

  • Mayoritas responden pindah di seputaran hunian lama

  • Pada saat penggalian data, ada responden "masuk peta" yang belum pindah dari hunian lama

  • Mayoritas responden yang sudah pindah belum mengurus administrasi kepindahan penduduk

  • Terjadi perubahan akses terhadap tanah dan bangunan, termasuk juga perubahan pola kepemilikan, deagrarianisasi/urbanisasi, formalisasi relasi manusia-tanah

  • Terjadi perubahan pola ekonomi yang drastis, seperti peningkatan domestifikasi perempuan dan semakin banyaknya responden yang pindah ke sektor pekerjaan dengan pendapatan tidak tetap

  • Terjadi gangguan akses terhadap fasilitas dan layanan publik, pada level tertentu "terputus"

  • Terjadi perubahan ikatan sosial, seperti terputus karena kepindahan dan pembentukan organisasi-organisasi baru

  • Lumpur Lapindo memutus relasi manusia dengan ruang sosial-ekologis pendukung kehidupannya (livelihood)

Rekomendasi

  • Meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas dan ancaman geofisik dari lumpur Lapindo

  • Merancang strategi mengkomunikasikan informasi yang didapatkan dari hasil pengawasan terhadap aktivitas dan ancaman geofisi tersebut

  • Perlu penelitian lanjutan dengan mempertimbangkan penggunaan konsep "keterputusan" (ruptures) untuk menganalisis bentuk-bentuk unik dari relasi manusia dan ruang