Pemantauan Kualitas Udara
Situasi yang Dihadapi
Semburan lumpur Lapindo bercampur gas masih berlanjut dan berpengaruh pada kualitas udara di wilayah sekitarnya.
Warga yang tinggal di seputaran pusat semburan sering mencium "bau lumpur" yang menyengat.
Tidak sedikit warga yang menuturkan bahwa bau lumpur Lapindo memicu gangguan kesehatan, seperti pusing, mual, bahkan sesak napas.
Kuat dugaan, kualitas udara yang menurun ini terkait dengan tingginya jumlah warga penderita ISPA di tiga kecamatan (Porong, Tanggulangin, dan Jabon). >> lihat Pemantauan Kesehatan
Hingga saat ini, belum ada diagnosis atau identifikasi dari pihak yang berkompeten terkait kualitas udara di seputar pusat semburan.
PoskoKKLuLa, awalnya dibantu oleh Japan NGO Network for Indonesia (JANNI), melakukan pemantauan kualitas udara menggunakan metode atau alat sederhana untuk mendeteksi kandungan gas yang terkandung di udara di seputaran semburan lumpur Lapindo.
Partisipasi warga menjadi kunci utama keberlanjutan program ini. Harapannya, warga semakin sadar tentang realitas perubahan kondisi lingkungannya sehingga secara kolaboratif mampu menerapkan metode pemantauan kualitas udara secara mandiri dan membangun pengetahuan bersama tentang risiko jangka panjang dan langkah-langkah untuk mengantisipasinya.
Alat yang Digunakan
Eco Checker
1. Eco Checker
Pada tahun 2016, PoskoKKLuLa bekerja sama dengan Japan NGO Network for Indonesia (JANNI) menggunakan alat sederhana Eco Checker produksi Fujitsu. Eco Checher terdiri dari 5 (lima) logam untuk mendeteksi lima kandungan gas yang berbeda.
Eco Checker diletakkan di enam titik pantau yang merepresentasikan empat arah mata angin dan satu titik kontrol.
Hasil Eco Checker menunjukan bahwa tingkat korosi yang terjadi pada logam perak adalah yang paling menonjol di antara yang lain. Artinya, kandungan Hidrogen Sulfida (H2S) di seputaran semburan lumpur sangat tinggi.
Pemantauan kualitas udara menggunakan Eco Checker tidak dilanjutkan mengingat biaya tinggi akan dikeluarkan bila titik pantau diperluas.
Plat Perak
2. Plat Perak dan Plat Tembaga
Misi melakukan pemantauan kandungan Hidrogen Sulfida (H2S) di seputaran semburan lumpur Lapindo dilanjutkan menggunakan plat perak murni sejak 2017.
Pada tahun 2019, berdasarkan laporan seorang warga di Glagaharum tentang perubahan warna ekstrim pada timbangan tembaganya, plat tembaga ditambahkan.
Tembaga berperan untuk mendeteksi keberadaan klorin (Cl2) di udara.
Plat perak dan plat tembaga setebal 0,25 mm berukuran 1x2 cm ditempelkan di plastik (10x15 cm), kemudian ditempel di sejumlah rumah warga di sekitar tanggul lumpur Lapindo.
Rentan waktu pemantauan udara dengan plat logam ini ialah selama 1 bulan untuk 1 periode.
Gastec
3. Gastec 400FT
Pada tahun 2019, PoskoKKLuLa mendapatkan hibah dari JANNI berupa alat pemantauan udara Gastec 400FT yang berfungsi untuk mendeteksi senyawa H2S dan PAH.
Gastec 400FT mampu mengukur konsentrasi senyawa H2S dan PAH dalam lima menit.
Namun hasil dari penggunaan alat ini amat bergantung pada arah dan kekuatan angin yang berhembus pada saat pengambilan sampel.
Penglibatan Warga
Pembahasan Hasil Pemantuan
Kuesioner
Selama masa pemasangan plat perak dan plat tembaga, setiap warga juga dibekali dengan kuesioner sederhana untuk mencatat kekuatan dan arah angin, cuaca, bau, permasalahan kesehatan yang muncul.
Hasil kuesioner kemudian direkap oleh tim PoskoKKLuLa untuk diolah sehingga memudahkan pembacaan.
Hasil Klasifikasi Perubahan Warna
Pembahasan Hasil
Setelah satu masa pemantauan kualitas udara, PoskoKKLuLa mengundang warga yang terlibat untuk membahas hasil pemantauan.
Warga diminta untuk melakukan klasifikasi perubahan warna yang terjadi pada plat perak dan plat tembaga.
Tingkat perubahan warna pada plat mengindikasikan tingkat kandungan gas yang ada di udara. Plat perak bereaksi pada Hidrogen Sulfida (H2S) dan plat tembaga bereaksi pada Klorin (Cl2).
Kronologis Pemantauan Kualitas Udara
Kalender Pemantauan 2021. Plat perak dan plat tembaga diletakkan di sudut bawah kanan-kiri. Warga bisa melakukan pencatatan setiap hari di sisi kanan nomor tanggal.
2016
Menggunakan Eco Checker di lima titik pantau.
2017
Menggunakan plat perak di 50 titik pantau yang tersebar di 6 (enam) kecamatan: Candi, Gempol, Jabon, Krembung, Porong, dan Tanggulangin.
Periode pemantauan: musim kemarau (Mei-Juni) dan musim hujan (Desember-Januari).
2018
Menggunakan plat perak di 70 titik pantau.
Periode pemantauan: musim kemarau (Agustus-September), peralihan musim (September-Oktober), dan musim hujan (Oktober-November).
2019
Menggunakan plat perak dan plat tembaga di 70 titik pantau.
.
2020
Menggunakan plat perak dan plat tembaga di 40 titik pantau.
Periode pemantauan: musim kemarau.
2021
Menggunakan plat perak dan plat tembaga di 200 titik pantau.
Periode pemantauan: sepanjang tahun