Mendalami Pemantauan Kualitas Sungai Porong

Status Mutu Air di WS Brantas Triwulan IV, 2020 dari Perum Jasa Tirta 1

Mikroplastik di Kali Porong

Tanggal 16 Maret 2021, pertemuan multipihak kembali diselenggarakan untuk memperdalam pembahasan tentang karakteristik pencemaran di Sungai Porong dilakukan secara daring. Ini adalah tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya (27 Januari 2021).

Kali ini, pertemuan multipihak melibatkan Prigi Arisandi dari Ecoton yang menyampaikan hasil temuan terbaru tentang mikroplastik. Riset mandiri Ecoton menemukan kandungan mikroplastik di sedimen Sungai Brantas hingga Sungai Porong. Bahkan, mikroplastik juga telah ditemukan di biota ikan dan kupang, serta beberapa udang windu dan vaname dari hasil tambak.

Mikroplastik merupakan serpihan-serpihan plastik berukuran kurang dari 5 mm yang dapat membawa logam berat dan mikroorganisme patogen masuk dalam peredaran darah. Kandungan mikroplastik terbentuk dari limbah plastik di sungai yang dibiarkan begitu saja dan terpapar matahari dan terfragmentasi menjadi mikroplastik yang mudah menyerap polutan. Mikroplastik ini dapat masuk ke tubuh ikan dan biota air lainnya.

Ketika manusia mengkonsumsi ikan yang mengandung mikroplastik, polutan bisa berpindah ke organ tubuh manusia. Dan bila hal ini terjadi secara terus-menerus dapat menyebabkan resiko jangka panjang bagi kesehatan, seperti gangguan pada hormon, sistem pencernaan, serta fungsi ginjal dan hati. Prigi mengingatkan bahwa temuan mikroplastik ini menjadi indikator adanya ancaman serius terkait kandungan plastik di air sungai.

Di akhir pemaparannya, Prigi menyampaikan harapannya agar pemantauan mikroplastik dan resikonya ini juga dilakukan oleh dinas terkait atau pengelola sungai. Dia juga mengusulkan agar kandungan mikroplastik untuk dimasukkan pada standar baku mutu air.

Bambang Catur Nusantara, koordinator PoskoKKLuLa, merespon temuan-temuan tersebut dan menyatakan bahwa perlu ada peningkatan perhatian dari berbagai pihak. Khususnya, terkait dampak jangka panjang dari kandungan logam berat atau mikroplastik dengan melakukan pemantauan kualitas Sungai Porong dan kondisi kesehatan warga secara rutin. Pada tahun 2016, PoskoKKLuLa bersama tim dari Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya mengadakan program pemeriksaan kesehatan warga di tiga desa. Hasilnya, jumlah warga yang mengalami tekanan darah tinggi meningkat hampir 70 persen dan juga ada peningkatan kasus infeksi saluran kemih.

Khusnul Khotimah dari laboratorium Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, mengatakan dalam diskusi tersebut bahwa tidak bisa dikatakan logam berat sebagai satu-satunya penyebab dari munculnya penyakit-penyakit tersebut. Meskipun begitu, data yang tersedia menunjukkan terjadinya peningkatan cukup besar kandungan logam dari tahun-tahun sebelumnya.

Pada kesempatan itu, Khusnul juga menyampaikan hasil penelitiannya dari tahun 2017-2019 tentang efek logam berat (PB, cadmium, dan aluminium). Penelitiannya menemukan adanya dampak jangka panjang dari logam berat tersebut pada kesehatan. Salah satunya adalah menyebabkan stunting. Risiko jangka pendek dari logam berat tidak terlihat, tetapi pada jangka panjang bisa berdampak pada fungsi kognitif, gangguan mental, dan meningkatnya penyakit kronik seperti jantung, hipertensi, kanker, dan diabetes.

Temuan baru ini menambah pekerjaan bersama dalam pemantauan kualitas air, khususnya terkait kandungan mikroplastik. Perhatian serius perlu ditujukan pada perencanaan pemantauan kesehatan secara spesifik bagi anak-anak, khususnya batita (bawah tiga tahun), dengan melacak kasus stunting di wilayah Porong dan menyelidiki faktor penyebabnya. (*)